Setelah melewati proses wawancara seleksi beasiswa AAS oleh tim seleksi gabungan (joint selection team = JST), beberapa minggu kemudian akhirnya kabar bagus pun diterima via surel. "Congratulation....", begitulah bunyi subjek email yang diterima. Deg...deg...deg..., begitulah yang dirasa (lebay alert). Dengan ini saya selanjutnya manjadi awardi (awardee :-)).
Singkat kata, inti surel itu memberitahu bahwa Saya harus mengikuti pelatihan prapemberangkatan (predeparture training) di Denpasar selama sembilan minggu. Yeay, langsung kebayang pantai dan snorkeling. Dokumen yang harus disiapkan antara lain SKCK. SKCK ini sempat menjadi tanda tanya dan diskusi di antara awardi karena tidak jelas dokumen yang dimaksud diurus dari kepolisian tingkat mana, mabes, polres, atau cukup polsek. Belakangan diketahui bahwa SKCK dari polsek pun diterima karena hanya untuk persyaratan PDT. Nanti pada saat pengurusan visa tidak perlu menyerahkan SKCK lagi.
Karena alasan operasional (kayak pas pengumuman pesawat delay, ya), saya mengajukan pindah lokasi PDT ke Jakarta dan pihak AAS dengan senang hati mengabulkannya. Singkat kata, saya menjalani PDT di IALF Jakarta yang berlokasi di daerah Kuningan.
Durasi PDT yang diikuti bervariasi sesuai dengan nilai IELTS pada saat JST. Durasi paling cepat adalah 7 minggu, yaitu diperuntukkan bagi awardi yang telah memenuhi minimal nilai IELTS (6,5 dengan minimal 6 tiap band). Sedangkan awardi yang masih kurang nilai IELTS -nya dimasukkan dalam kelas 9 minggu, 3 bulan, 4,5 bulan, dan 6 bulan sesuai dengan nilai yang dimiliki.
Materi yang diberikan antara lain pengetahuan mengenai academic writing beserta keterampilan melakukan presentasi, tentu saja dalam bahasa Inggris. Selain itu, kelas dengan durasi selain 7 minggu mendapat materi IELTS karena awardi yang mengikuti kelas tersebut harus menjalani tes keterampilan berbahasa Inggris tersebut di akhir periode PDT.
Proses pembelajaran PDT menurut saya cukup menarik, berbeda dengan perkuliahan/persekolahan yang pernah saya ikuti. Perbedaan yang menyolok adalah fasilitator sangat membantu dalam mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan masing-masing awardi sehingga perbaikan yang dilakukan lebih fokus pada hal-hal yang menjadi kekurangan.