Penelusuran google

Senin, 01 Januari 2018

Akhirnya Dapat Beasiswa AAS

Setelah melewati proses wawancara seleksi beasiswa AAS oleh tim seleksi gabungan (joint selection team = JST), beberapa minggu kemudian akhirnya kabar bagus pun diterima via surel. "Congratulation....", begitulah bunyi subjek email yang diterima. Deg...deg...deg..., begitulah yang dirasa (lebay alert). Dengan ini saya selanjutnya manjadi awardi (awardee :-)).

Singkat kata, inti surel itu memberitahu bahwa Saya harus mengikuti pelatihan prapemberangkatan (predeparture training) di Denpasar selama sembilan minggu. Yeay, langsung kebayang pantai dan snorkeling. Dokumen yang harus disiapkan antara lain SKCK. SKCK ini sempat menjadi tanda tanya dan diskusi di antara awardi karena tidak jelas dokumen yang dimaksud diurus dari kepolisian tingkat mana, mabes, polres, atau cukup polsek. Belakangan diketahui bahwa SKCK dari polsek pun diterima karena hanya untuk persyaratan PDT. Nanti pada saat pengurusan visa tidak perlu menyerahkan SKCK lagi.

Karena alasan operasional (kayak pas pengumuman pesawat delay, ya), saya mengajukan pindah lokasi PDT ke Jakarta dan pihak AAS dengan senang hati mengabulkannya. Singkat kata, saya menjalani PDT di IALF Jakarta yang berlokasi di daerah Kuningan.

Durasi PDT yang diikuti bervariasi sesuai dengan nilai IELTS pada saat JST. Durasi paling cepat adalah 7 minggu, yaitu diperuntukkan bagi awardi yang telah memenuhi minimal nilai IELTS (6,5 dengan minimal 6 tiap band). Sedangkan awardi yang masih kurang nilai IELTS -nya dimasukkan dalam kelas 9 minggu, 3 bulan, 4,5 bulan, dan 6 bulan sesuai dengan nilai yang dimiliki.

Materi yang diberikan antara lain pengetahuan mengenai academic writing beserta keterampilan melakukan presentasi, tentu saja dalam bahasa Inggris. Selain itu, kelas dengan durasi selain 7 minggu mendapat materi IELTS karena awardi yang mengikuti kelas tersebut harus menjalani tes keterampilan berbahasa Inggris tersebut di akhir periode PDT.

Proses pembelajaran PDT menurut saya cukup menarik, berbeda dengan perkuliahan/persekolahan yang pernah saya ikuti. Perbedaan yang menyolok adalah fasilitator sangat membantu dalam mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan masing-masing awardi sehingga perbaikan yang dilakukan lebih fokus pada hal-hal yang menjadi kekurangan.

Minggu, 27 Agustus 2017

Rise...rise...Grandoong

Sudah terlalu lama saya hibernasi dalam kepompong. Kepompong bernama "pekerjaan"dan prokrastinasi yang membelenggu kebebasan berekspresi saya. Kata Spongebob, itu disebut "being normal". Tapi semua itu berubah setelah surel dari negara tetangga menyerang. Surel itu berasal dari domain australiaawardsindonesia.org. Saatnya saya bangkit. Ya, semenjak kotak masuk saya diinfiltrasi oleh surel itu, saya dianugerahi titel awardee oleh siempu surel. Kata istri saya, saya sekarang berkerabat dekat dengan Suwardi, ngawur banget ya, bisa-bisa saya dituntut royalti sama keluarga besar Suwardi.

Australia Awards, sebuah fenomena yang sangat familiar di telinga para pemburu beasiswa, termasuk saya. Dikenal dengan berbagai nama, (AUSAID, ADS, AAS, yang saya ingat), berhasil membuat ribuan orang galau pada saat proses seleksi. Hal yang sama yang saya alami tahun lalu ketika harap-harap cemas menunggu surel keputusan hasil seleksi. Pada saat itu, kecemasan semakin dominan dibandingkan keharapan :-D setelah beberapa orang yang saya kenal sudah menerima pemberitahuan bahwa mereka berhasil lolos seleksi sedangkan kotak masuk saya masih saja didominasi email-email spam yang sengaja tidak saya laporkan sebagai spam (salah satu ciri hoarder tentunya, merasa senang dengan penuhsesaknya kotak masuk walaupun isinya sampah).

Kegalauan tidak tertahan, sampai akhirnya pada hari ketiga (dihitung sejak orang pertama tercatat menerima hasil seleksi) saya melakukan panggilan promo (dengan modal paket serbu) ke sekretariat AAI. Panggilan saya tutup setelah mbak-mbak bersuara merdu di sana mengatakan "Maaf, anda tidak diterima. Semoga lain kali bisa berhasil." Serasa telepon genggam yang saya pegang berubah menjadi Decepticon jahat dan mencabik-cabik spark saya, menyedot segala energon sampai hampir habis. Walaupun begitu, saya cuma menangis sembilan belas menit, sedikit lebih tabah dari Spongebob. Beberapa hari kemudian, setelah hati yang retak mulai sembuh kembali, surel penolakan akhirnya diterima, jadi saat itu saya secara resmi sudah keluar dari liga sekolah gratis. Berikut penampakannya:

Thank you for attending the Australia Awards - Indonesia interview and participating in the IELTS test in August 2016. We regret to advise you that your application in this instance has not been successful.

Areas for improvement noted by the Australia Awards - Indonesia Joint Selection Team were as follows:
 
“The candidate did not demonstrate sound academic judgement in selecting the program and the university relevant to his organisation's needs. He had not done much research on programs. He works for ***, which needs increased capacity in auditing, so he is in a good position to make change on return. However, he did not demonstrate the potential to make positive change. He would like to develop an international auditing focus, but the chosen program is unlikely to deliver this. His spoken English was very poor in the interview, so we could not easily get details from him. We do not anticipate positive impact from the award at this stage.”
Setahun berlalu, saya masih mengharapkan doa mba penerima telepon yang sampai sekarang saya belum tau namanya terkabul. Saya mendaftar kembali dengan persiapan yang lebih matang. Kalau sebelumnya saya 59% siap, sekarang saya 60% siap. Berbekal dengan surel yang menohok itu, saya melakukan beberapa perbaikan, yaitu:
  1. Menggunakan judgement yang ilmiah dalam memilih jurusan, yaitu dibutuhkan oleh organisasi tempat kita bernaung, jangan cuma pingin jalan-jalan ke luar negeri gratis.
  2. Gali potensi apa yang aku miliki, sesuatu yang aku temukan setelah bertapa tujuh hari tujuh malam, tepat setelah hampir menyerah dan lempar sekop. Kata kunci "make change", sangat berarti di sini.
  3. Belajar english! Yang semakin sulit dilakukan karena film-film baj*kan sekarang kebanyakan sudah di-hardsub-kan dengan teks Indonesia.
  4. Melakukan rotasi mental, dengan menganggap pewawancara sebagai teman bicara, jadi lebih santai.
Sementara postingan ini saya break dulu ya, sudah maghrib. Habis sholat mau doa semoga bisa rajin ngeblog lagi.

Jumat, 27 Februari 2015

Pengalaman Naik Pesawat Sungai Penuh - Jambi

Lama ga mampir ke blogger.com, andaikata ini sebuah gudang pstilah sudah kayak situs penggalian fosil, penuh debu dan perabot yang membatu. Tetiba inget aja diriku masih punya blog ini, untung username diriku belum kedaluarsa buat login.

...hening... (maklum otak makin tumpul menginjak usia tiga dekade)

Cerita aja kali ya, biar engga kriik...kriiik...

baru-baru ini diriku berkesempatan mencicipi pengalaman naik pesawat jurusan Kota Jambi dari Kota Sungai Penuh. Kota Sungai penuh merupakan salah satu kota di Provinsi Jambi dengan jarak sekitar 300 km dari ibu kota provinsi dan dapat ditempuh sekitar 9 jam perjalanan (belum termasuk istirahat makan) dan dijamin dapet fasilitas mabok darat karena lintasan jalan yang sudah kaya ular kobra)

Daripada pulangnya mabok lagi, mending coba naik pesawat karena kebetulan jadwal dinas diriku di Kota Sungai Penuh sampai hari Jumat bertepatan dengan jadwal terbang pesawat yang empat kali seminggu, yaitu (seingetku) Jumat, Minggu, Rabu, dan Jumat. Sekali terbang, pesawat ini hanya mampu mengangkut 12 penumpang, jadi tiketnya harus dibeli jauh-jauh hari (kecuali kalau lagi sepi).

Dengan berbekal 300 ribuan, dapetlah jatah kursi goyang yang bisa bikin kita fly (harfiah). Harga tiket agak murah karena (kata orang) tiketnya disubsidi pemda setempat. Makasih ya pak pemda. Fasilitas bandara yang diperoleh a la kadarnya, maklum masih dikelola oleh dinas perhubungan setempat dan hanya beroperasi empat hari seminggu.

Ini penampakan par penumpang dari kursi paling belakang, maklum bording terakhir jadi dapet kursi terakhir (nomor tempat duduk rebutan pas masuk pesawat, hehe). Dengan formasi 2-3-3--3, para pilot dan penumpang siap menembus pertahanan awan dan angin (inget judul film mandarin, Pendekar Awan dan Angin, eh Awan dan Petir, entahlah).


Ini penampakan bumi sakti alam kerinci dari jendela, indah hijau menghampar dengan latar perbukitan yang membentang di cakrawala.


Perjalanan di udara saat itu cukup nyaman, dan minim goncangan karena didukung dengan cuaca yang lagi bersahabat. Empat puluh lima menit perjalananpun ditempuh dengan riang gembira walaupun ga ditemani mbak-mbak pramugari.

Ini penampakan tersangka utama, wajah dikaburkan agar tidak kena sensor disturbing picture

Senin, 16 Juni 2014

Gado-gado Monster

Untuk kesekian kalinya saya mampir ke Gado-gado Monster (name by me). Master gado-gado ini sedang menggaruk setampah sayuran sama bumbu kacang dan lontong di piring batu raksasa. Sekali bikin, 30 porsi segera tersedia untuk dibagikan kepada para calon pembeli yang sedari tadi amazed menyaksikan pengolahan gado-gado yang massive ini.

Fenomena ini dapat disaksikan setiap hari disebelah patung gajah, simpang (perempatan) pulai, kota Jambi pukul 17.00 s.d. 08.00. Satu porsi (yang berisi sebenernya 2 porsi orang normal) hanya seharha 8 ribu rupiah. Murmer banget.

Minggu, 15 Juni 2014

Mampir di Kopi Oey Jambi

Sekali-kali makan mahal laah,masa makan gado-gado terus. Makanya siang ini saya mampir ke Kopi Oey yang berlokasi di seberang masjid Al Falah, masjid kebanggan kota Jambi. Alunan musik jadul yang di menambah suasana intim saya bersama istri tercinta. Tempatnya nyaman dipadukan dengan suguhan pemandangan megahnya masjid raya di pusat kota Jambi.
Ini bukan pertama kalinya saya bertandang, tapi selalu ingin kembali lagi untuk mencoba meni yang lain.
Kali ini saya memesan Soto Tangkar. Menurut saya rasanya perpaduan opor dan soto betawi. Daging yang digunakan adalah daging pipi sapi, lembut dan empuk dikunyah dengan rasa rempah yang terasa.
Sebagai teman makan, saya memesan kopi yang merupakan andalan rumah makan ini. Kali ini saya memesan kopi indocina panas. Walaupun harganya pas di kantong, suguhan kopi ini tidak mengecewakan lidah.
Penasaran? Kunjungi gerai Kopi Oey terdekat. Hehe.

Quote Hari Ini

Quote hari ini:
Dibalik kesuksesan seorang laki-laki, ada seorang perempuan

Dibalik kebling-blingan seorang perempuan, ada seorang laki-laki kaya

*nooffense

Jumat, 06 Juni 2014

X-Men: Days of Future Past -

Adegan dimulai pada tahun 2023 dengan kondisi permukaan Bumi yang hancur lebur akibat peperangan antara Sentinel dan mutan. Sentinel yang semula didesain untuk memburu mutan rupanya menjadi terlalu sensitif sehingga juga mendeteksi dan memburu manusia yang memiliki gen mutan sekecil apapun. Umat manusia dan bumi menghadapi kehancurannya. Para mutan yang bertahan sepakat untuk mengirimkan pikiran Wolverine ke dalam tubuhnya di tahun 1973 dengan tujuan untuk memperingatkan Profesor X dan Magneto tentang bahayanya proyek Sentinel yang pada saat itu baru dikembangkan.

Film ini menyajikan drama pergolakan batin antara Profesor X yang berusaha bangkit dari kegalauan pascakejadian X-Men : First Class; Magneto yang berusaha membantu kaum mutan tapi tidak dapat melepaskan kebenciannya terhadap manusia normal, dan Mystique yang berusaha menyeimbangkan kebenciannya terhadap manusia normal dan cita-citanya untuk mewujudkan kehidupan manuaisa-mutan yang harmonis. Plot lengkapnya dapat dibaca lengkap di imdb.com dan wikipedia.com.

Alur ceritanya dibuat dengan apik, tidak hanya menampilkan fantasi fiksi ilmiah yang selalu dinanti, namun juga menyuguhkan pesan moral dari cita-cita kelompok X-Men: hidup harmoni di antara manusia dan mutan walaupun banyak mutan dan manusia fanatik yang saling membenci. X-Men disini tidak hanya pamer kekuatan dengan adegan pertempuran dengan sentinel yang dikemas dengan animasi yang fantastis, namun didominasi drama penyelamatan masa depan manusia oleh Profesor X dan kawan-kawan yang sangat menyentuh. Tak heran film ini mendapatkan sambutan hangat di hati para penonton box office karena tidak hanya dinikmati oleh fans berat X-Men namun juga dapat dinikmati oleh penyuka film nonfiksi.

Konten Lainnya