Penelusuran google

Minggu, 21 Oktober 2007

Calo Resmi

Lagi semangat cerita tentang calo nih. Kali ini pengalaman pertamaku pulang ke Pemalang dari terminal Pulogadung Jakarta. Setelah stres merasakan macetnya lalu lintas kota Jakarta di dalam sebuah bus kota, datanglah beberapa orang calo menyambut diriku turun menjejakkan kaki kali pertama di pelataran terminal Pulogadung.

Setelah sebelumnya mendengar banyak cerita kejamnya kota Jakarta, saya sudah memikirkan beberapa cara untuk menghindari calo jahat yang mungkin akan dihadapi.

Singkat cerita, dua orang calo berhasil menggandeng tanganku. Lolos tanpa perlawanan fisik adalah tidak mungkin karena mereka terlihat begitu menyeramkan. Seragam baju biru dan tanda pengenal tidak dapat menyembunyikan niat jahat mereka. Harga tiket minimal dua kali lipat sudah terbayang, sebuah harga yang mahal untuk seorang mahasiswa baru yang belum berpenghasilan.

Api dibalas dengan api, penipuan dibalas dengan muslihat, secara spontan saya menyebut kota Cirebon ketika ditanya tujuan saya.

Agak tenang setelah diantar ke loket tiket, saya terkejut karena petugas loket juga sekomplotan dengan mereka, menetapkan harga tiket dua kali lipat harga wajar, sesuai perkiraan. Dengan tiket Cirebon harga ganda, saya hanya membayar satu setengah kali harga tiket Pemalang. Kerugian berhasil dikurangi.

Jakarta memang lebih kejam daripada Solo.

Kejamnya Kota Solo

Untuk kesekian kalinya saya bertemu calo. Waktu itu saya berada di terminal Tirtonadi kota Solo hendak mencari bus yang lewat Pemalang, tempat tinggal saya. Begitu turun dari sebuah angkutan kota, seorang paruh baya menanyakan tujuan saya. Terpengaruh asumsi awal bahwa orang Solo itu ramah dan baik hati, singkat cerita saya termakan rayuan sang calo dan mendapatkan tiket yang lebih mahal dengan selisih tidak wajar dari harga tiket sebenarnya. Itupun setelah saya protes dengan nada keras padahal saya belum pernah membentak orang yang lebih tua apalagi di tempat umum.

Begitulah pengalaman pertama kali di terminal Solo, sial bertemu dengan kaum minoritas (mayoritasnya ramah dan baik hati).

Modus operandinya, calo mengatakan bahwa tiket sudah terjual habis dan bus segera berangkat sehingga korban menjadi terburu-buru dan tidak teliti. Untuk lebih meyakinkan, mereka memiliki seragam dan tanda pengenal.

Jika bertemu calo, mendingan menolak dengan seperlunya dan bila ada yang perlu ditanyakan bertanyalah pada petugas/pedagang yang tidak menyesatkan. Dan jangan lupa, belilah tiket pada loket resmi.

Konten Lainnya