Penelusuran google

Jumat, 10 Juli 2009

Kampus Remang-remang

Serasa kembali enam bulan yang lalu, saya kira ujian semester dengan fasilitas lampu mati merupakan suatu kebetulan saja. Ternyata ujian semester kali ini terulang lagi dengan bobot ujian (ujian untuk melihat dalam gelap, maksudnya) yang lebih berat.

Hari pertama ujian semester dua sungguh mengenaskan.

Oh, ya, UIA (untuk informasi Anda, FYI) saya sekarang kuliah strata satu jurusan akuntansi tingkat empat semester dua. Daripada pusing-pusing memahami kalimat sebelumnya, mending kena migrain membaca lanjutan cerita saya. Ya, setidaknya yang pusing separuh kepala saja.

Semua materi ujian setengah semester (yang setengah semester sudah jadi masa lalu setelah ujian mid semester tiga bulan yang lalu) sudah saya lalap habis sampai muncul peringatan "The disk in the destination drive is full. Insert a new disk to continue." terus drive B saya keluarkan dan ganti dengan disk 5 1/2" yang baru... *masih terbawa film Transformers kemarin....

Sayangnya, materi yang paling penting untuk dapat mengerjakan soal tidak saya pelajari. Ilmu melihat dalam gelap memang sudah sangat langka. Kitabnya sudah lama hilang dicuri tukang sampah dan didaur ulang entah jadi kertas tisu atau kertas buram. Para pendekar yang menguasai ilmunya hanya mengurung diri di dalam kamar yang gelap karena merasa rugi di tempat yang terang kemampuannya tidak terpakai.

Ruang kelas tempat tempat kami ujian memang sudah dikutuk, lampunya mati dan hidup tidak beraturan. Setan-setan penghuni kampus rupanya sedang berlatih menakut-nakuti penghuni kampus. Saya merasa sedikit menyesal karena dalam perjalanan berangkat tadi saya sempat membayangkan seandainya lampu mati apakah ujian akan tetap dilaksanakan.

Dengan semangat membara para murid padepokan menghadapi ujian. Beruntung ponsel canggihku memiliki fitur yang kebayakan ponsel tidak memilikinya. Nokia seri RP320RB yang memiliki fitur lampu senter memang sangat berguna di daerah yang sering mati lampu.

Nasib kawan-kawan satu kelas tidak sebaik diriku, begitu intensitas cahaya turun mencapai titik yang sangat rendah untuk mata manusia normal, mereka tidak bisa melanjutkan mengerjakan soal. Begitu lampu kembali menyala, sejenak mereka bisa melanjutkan. Sengsara, baru segini saja sudah stres minta ampun apalagi di neraka ya...dibakar sampai jadi abu, kemudian disummon lagi terus dibakar sampai jadi abu lagi terus disummon dst....

Pihak universitas dhi. pengawas ujian tidak dapat berbuat banyak, lampu emergensi (lampu menggunakan sumber energi baterai yang dapat diisi ulang biasanya digunakan ketika mati lampu) saja tidak ada apalagi genset (generator penghasil listrik biasanya berbahan bakar bensin yang tentu saja digunakan untuk menghasilkan listrik ketika pihak PT. PLN (persero) tidak mampu menyediakan listrik untuk rakyat).

Aspirasi rakyat:

hai, para penghuni bukit Olimpus, kami tahu bumi terlalu luas untuk kalian kelola makanya sedikit memberi masukan (barangkali masih ada ruang untuk menampung masukan dari manusia yang tidak pernah makan Ambrosia ini) bahwa tempat dugem sudah mulai menjamur di daerah kampus kami yang lampunya mulai kedip-kedip, mohon ditertibkan. Genset juga dianggarkan ya......

Pendidikan moral hari ini:
- ... apa ya?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tulislah apa yang ingin ditulis dan dan klik "Poskan Komentar" bila Anda sudah siap.

Konten Lainnya