Penelusuran google

Jumat, 16 November 2007

Azhar Award

*Komen duluan: "Azhar" dan "award" memang layak disandingkan yah.

Sebagai orang yang visual, ketertarikanku lebih ke sesuatu yang "dapat dilihat", misalnya mending baca komik ketimbang novel yang terlalu banyak ketikan, langsung membuka halaman karikatur ketika ada koran nganggur kalopun baca screening dulu judul-judulnya, nyari ilustrasi dulu sebelum membaca penjelasan buku manual yang berbelit-belit, dan tentu saja lebih suka menonton film daripada mendengar radio.

Nah, ngomong-ngomong soal nonton film, agar dapat meresapi setiap adegan film yang disuguhkan, tentunya suasana harus mendukung. Gambar jernih, suara terdengar jelas, teks terjemahan lengkap (mengingat keterbatasan nilai TOEFL), dan tidak disela dengan pembicaraan orang lain yang tidak berkaitan adalah beberapa hal yang harus dipenuhi.

Nyatanya tidak, sebagai seorang mahasiswa aliran akuntansi, diriku sudah akrab dengan istilah cost and benefit. Yap, artinya kurang lebih apa yang didapat harus sesuai dengan pengorbanan yang dikeluarkan. Dalam hal tonton-menonton, ada tiga alternatif yaitu: nonton di bioskop, beli DVD asli dengan player bermutu dan TV HD, serta membeli bajakan dengan player murahan dan TV rebutan dengan penghuni kos lainnya. Berdasarkan analisa sederhana di bawah ini, pilihan terakhir tersebutlah yang paling sesuai dengan prinsip "biaya ditandingkan dengan keuntungan" tersebut.

Alt. -- Biaya -- Kepuasan
I -- xxxxxxx -- xxxxxxxxxx
II -- xxxxxxxxxx -- xxxxxxxx
III -- xx -- xxxx

Alt. -- Rasio Biaya : Kepuasan
I -- 7/10
II -- 10/8 (termahal)
III -- 1/2 (termurah)

Setelah mengalami manis pahitnya asam garam dunia perfilman, tentunya (ya, perulangan diksi) ada judul-judul film yang memberikan kesan tertentu dihati. Setelah melalui proses penjurian yang ketat, akhirnya muncullah judul-judul film yang mempunyai keunggulan tertentu. Dalam hal penghargaan, bolehlah aku buat versi sendiri, kurang-lebihnya mohon maaf yah.

Ekspresi Terbaik

Bintang film berakting itu biasa, ribuan ekspresipun bisa diaplikasikan sesuai skenario. Bagaimana dengan film animasi? Bisakah mereka (para bintang film jadi-jadian) berekspresi sesuai keinginan sutradara? Ternyata ada yang bisa....! Yap, penghargaan ini diperebutkan secara ketat oleh dua judul film yang dibuat di dua belahan bumi berbeda.

Pertama, Shrek sekeluarga (I-III). Jika diperhatikan, tokoh dalam film ini dapat berekspresi selayaknya manusia beneran. Senyum Fiona yang manis mampu menyembunyikan berkilo-kilogram lemak dan warna hijau yang mencolok, ekspresi memelas Pussy in Boots pun dapat meluluhkan hati lawannya sekaligus penonton film ini. Dengan teknologi aku-dan-kau-tak-tahu-apa, pembuat film ini mampu menjiplak ekspresi manusia dan menempelkannya ke dalam tokoh-tokoh dari negeri dongeng tersebut.

Kedua, Final Fantasy VII - Advent Childrens. Sesuai subjudul, Tokoh animasi dalam film ini juga mampu membuat ekspresi wajah yang begitu natural. Dalam salah satu adegan, Aeris tersenyum manis sekali, ooh...so sweat...sampai berkeringat melihatnya. Sayang ilustrasi yang didapat kurang bagus.

Dibandingkan Shrek, Final Fantasy VII - Advent Childrens memiliki tingkat detil yang sangat tinggi. Adegan pertarungan antara Cloud dan Sephirot di tengah kota mampu melegakan dahaga para pecinta khayalan tingkat tinggi (refer to me). Detail tembok-tembok yang hancur dan terbelah begitu realistis (aka mirip aslinya). Selain itu, desain latar belakang begitu kreatif, motor yang aneh, pedang yang bisa terpisah-pisah menjadi beberapa bagian, kostum keren, dan suasana kota yang tidak sama dengan kota apapun di bumi ini.

Penyakit kebanyakan film kelahiran Negeri Matahari Terbit, sebagus apapun grafisnya, cerita tetap nomor dua. Plot ceritanya merupakan sekuel dari game Final Fantasy VII. Karena dibuat berdasar game, tentunya (tuh kan, kata favorit muncul lagi) cerita yang difilmkan tidaklah lengkap karena hanya merupakan pengembangan plot dari sebuah game. Secara tidak langsung, peringatan "main gamenya dulu, baru nonton filmnya" tertempel di bungkus DVD-nya. Sebagai penikmat mi instan, nonton film pun harus instan, wawancara dengan temenku yang agak-agak otaku berhasil sedikit membuka pikiran untuk menerima alur cerita yang berlubang-lubang.

Overall, dengan segala hormat aku menganugerahkan film dengan ekspresi terbaik kepada.... deng...deng...deng...
Final Fantasy VII - Advent Childrens.

Desain Terbaik

Optimus Prime bisa berbangga, film yang dibintanginya mendapat anugerah desain terbaik. Bandingkan saja, Transformers versi kartun jadul dan versi layar lebar terbaru memiliki lompatan kuantum dalam hal desain. Megatron yang sebelumnya digambarkan cuma kotak-kotak dengan muka bodoh berhasil diperbaiki citranya dengan desain raksasa yang terkesan keren dan sangar.

Adegan tranformasi yang dulunya sangat sederhana dan dapat dinalar, sekarang terlihat begitu rumit dan detil, dari mobil mengkilap menjadi robot raksasa yang keren dan "berotot". Kasian Bandai, susah bikin versi mainannya.

Sebelumnya aku berfikir untuk mengangkat Gundam. Setiap judulnya, Gundam dapat memiliki puluhan sampai ratusan desain mobile suit yang berbeda. Setiap kali gundamnya rusak, sang tokoh utama pasti dapet gundam baru dengan desain yang berbeda. Meskipun demikian, seperti serial anime Jepang lainnya. Setiap judul yang serumpun pasti memiliki pola cerita dan desain yang serupa. Demikian juga Gundam, untuk mobile suit tokoh utama misalnya, biasanya memiliki kombinasi warna merah dan biru, dan memiliki perisai. Apa mau dikata, maksudnya untuk ciri khas, tradisi yang dilestarikan ini menjadikan Gundam kandas dalam penghargaan ini.

Ide Terbaik

Menurut versiku, ide terbaik disandang sebuah film yang berusaha meyakinkan bahwa kehidupan manusia yang dilakukan sehari-hari (makan, tidur, ngetik, ke kantor, jalan-jalan, dsb.) hanyalah mimpi belaka. Kenyataannya ras manusia dikloning secara massal oleh alien yang berbentuk robot dan ditempatkan dalam telur-telur buaian. Setiap telur memilik banyak selang-selang yang terhubung dengan menusia di dalamnya yang meng-online-kan semua manusia kloningan dengan server mimpi. Server mimpi tersebut memberikan kehidupan virtual (sebut saja dunia Matrix, sama seperti judul filmnya) kepada semua manusia. Dengan demikian, kehidupan yang dijalani dari lahir sampai meninggal dunia sebenernya hanyalah didalam telur-telur buatan alien. Dengan bermimpi, ternyata manusia mengeluarkan energi (bener gak sih?) yang digunakan bangsa alien untuk menghidupi dirinya. Selain itu. selang-selang tersebut juga berfungsi untuk mengalirkan makanan dan oksigen, serta membuang kotoran.

Dalam dunia Matrix tersebut ada juga antivirus yang bertugas untuk menjaga stabilitas sistem agar berjalan baik, termasuk untuk membasmi pengganggu-pengganggu seperti Morpheus dan kawan-kawan. Mereka adalah manusia-manusia yang memiliki kemampuan lebih yaitu dapat melawan mimpi fana yang diskenariokan oleh bangsa alien tersebut dan "bangun" untuk memperoleh kehidupan yang sejati. Mereka berjuang dengan memasuki sistem dan berusaha mencari manusia-manusia lain yang mau "dibangunkan" juga.

Merasa terancam dengan gerilya para manusia, alien memburu mereka sampai ke basis pertahanan terakhir, kota Zion yang terletak tersembunyi di dalam tanah.

Sayang, endingnya kurang mantep, cuma gencatan senjata saja. Bangsa mesin akan berhenti menyerang Zion jika Neo, sang "Superman", mau membantu menghancurkan Mr. Smith, firewall yang berubah jadi virus ganas dan mengacaukan sistem.

Penasaran? Nonton aja sendiri, disarankan nonton satu atau dua kali agar dapat memahami alur ceritanya.

Cerita Terbaik

Kali ini, aku tidak akan berkomentar banyak, takut mengecewakan penonton. Inti cerita film My Sassy Girl sangatlah sederhana yaitu masalah percintaan yang klasik tetapi alurnya begitu mengundang "oh, ternyata adegan ga penting tadi ada hubungannya dengan adegan ini" dan menghasilkan kejutan yang menarik di detik-detik terakhir (tonton aja sendiri).

Ceritanya disadur dari komik sepuluh volume bertajuk sama yang dibuat oleh aku-gak-tau-siapa,-lupa dari Korea. Dari sepuluh volume tersebut dikompres menjadi film berdurasi dua jam menghasilkan perpaduan adegan-adegan yang menarik, kreatif, dan antisinetron dengan efek samping komik jelek tersebut menjadi lebih pede muncul di Gramedia. Sori kalo penjelasannya ngambang; seperti paragraf sebelumnya, tonton aja sendiri.


Ketegangan terbaik

Die Hard sekeluarga memang ga ada mati-matinya. Dari awal, penonton sudah disuguhkan hormon adrenalin yang menggelontor. Dibumbui plot yang rumit membuat ketegangan semakin semakin tegang (yeah,pengulangan yang parah). Bruce Willis patut bersyukur penyanderaan, pembajakan pesawat, peledakan bom, dan kelumpuhan jaringan komputer dunia hanya terjadi sebatas dalam kotak ajaib aka TV, kepingan DVD, atau di 21 saja. Dasar orang susah mati.

Konversi Terbaik

Novel setebal delapan ratusan halaman seharga puluhan-ratusan ribu diubah menjadi kepingan DVD seharga enampuluh ribuan bahkan lima ribuan untuk versi bajakannya di Glodok. Tanpa manajemen yang baik, cerita dan pesan moral yang terkandung dalam novel dapat berubah dan melenceng karena perbedaan intepretasi antara si pengarang novel dengan sang sutradara.

Lain halnya dengan Harry Potter, sutradaranya berhasil menemukan cara mengaudio-videokan halaman-halaman novel yang tebal tanpa mengurangi mutu (ya deh, mutunya turun, tapi dikit kan). Tepukan tangan lebih meriah diberikan kepada Harry Potter and Order of The Phoenix, alur ceritanya lebih smooth dibandingkan dengan kakak-kakaknya yang lahir duluan.

Contoh kegagalan konversi novel-film terjadi pada Da Vinci Code yang menghasilkan film yang ga jelas dan terkesan ada-yang-hilang karena memang banyak detil penting yang dikebiri.

Senin, 12 November 2007

Lift Salah Nama

Sekali lagi keadilan ditegakkan. Sebuah maskapai penerbangan di Indonesia menerima kaum penyandang cacat untuk bekerja sebagai pramugari. Nih video yang berhasil di ambil oleh temenku di bandara.



n.b.
1. Tulisan di atas lift: "Lift Penyandang Cacat"

2. Cowok yang terlihat duduk kaya orang ilang di pojok kanan bawah adalah diriku (sumfah ane zuzur). Pisss...

Bukanlah Pagar Makan Tanaman Tapi Sangkar Makan Anggaran



Jakarta memang kota kejam, tempat sampahpun perlu diberi sangkar biar aman dari pencuri. Foto diambil di Bandar Jakarta, sebuah restoran di Ancol.



Oh...salah. Ternyata bisa dibuka dengan tangan kosong. Terus buat apa dong?
Pasti biar keliatan lebih cantik. Oh engga' yah.

Basmi

Otaku 1:

Apa nih...! Komputer jadi lambat! Pasti virus kurang ajar nih...!

Apa! Ngga' Kedetek? Busyettt... dasar antivirus murahan...!

Otaku 2:

Mau antivirus yang ampuh? Ada nih.

Otaku 1:

Mana... Antivirus apa??

Otaku 2:

format c:

Otaku 1:

Yee....

Financial Management for Beginners

Kemaren sewaktu aku di Manado, sebelum pulang aku menyempatkan diri buat beli oleh-oleh. Sampailah diriku ke sebuah toko yang khusus menjual oleh-oleh (yang kayaknya) khas Manado, ada makanan, gantungan kunci, dan pakaian dengan hiasan bordir filipina.

Meja kasir dijaga oleh seorang ibu-ibu paruh baya yang kemungkinan besar adalah pemilik toko. Dipangkuannya ada seorang anak kecil yang tentunya kemungkinan besar adalah anaknya.

Begitu aku menyerahkan uang untuk membayar barang yang aku beli, si ibu memandu tangan anaknya untuk menerima uang yang aku berikan.

"Ayo dek, terima uangnya...yah...bagus..."

Setelah uang diterima, si ibu mengambil uang kembalian dan seperti sebelumnya serah terima uang dilakukan oleh calo yang tak lain adalah anaknya sendiri.

Perkiraan umur, 1-2 tahun, kulit putih seperti ibunya, mata sipit seperti maminya juga, kemungkinan kecil warga negara keturunan tionghoa karena sebagian penduduk Manado emang terkenal putih kulitnya.

"Ayo bilang terima kasih....", si bayi tetep diem karena belum bisa ngomong.

Bisa-bisa umur lima tahun udah bisa jual-beli handphone bekas di sekolahnya tuh....

WTS halal?

Jangan berpikir mesum dulu, WTS yang dimaksud adalah Warung Tengah Sawah.



Sesuai dengan namanya, lokasinya memang di area persawahan alias belum punya tetangga. Terletak di desa Jebed, Kecamatan Taman, Kabupaten Pemalang. Walaupun terletak agak jauh dari pusat kota, akses ke lokasi masih relatif mudah. Pengunjung yang datangpun cukup banyak karena menu yang dihidangkan lumayan enak dengan harga yang relatif murah.

Sekarang sudah mending, dulu plang (baca: papan nama) yang digunakan masih terkesan darurat, papan besar dengan tulisan Warung Tengah Sawah yang dikuaskan dengan tangan tanpa sablon. Nama Ibu Ruslani pun belum tampak.

Bu Ruslani tidak pernah menyingkat "Warung Tengah Sawah" menjadi WTS yang berkonotasi negatif tetapi karena papan nama yang digunakan secara jelas menonjolkan huruf "W", "T", dan "S", tentu saja masyarakat tergiring untuk menggunakan singkatan WTS.

Motif untuk mempertahankan nama "Warung Tengah Sawah" masih menjadi misteri, padahal tentu saja Bu Ruslani sudah tahu nama warungnya akan disingkat menjadi WTS.

Jadi, mau short time atau long time nih....

Fenomena Instan

Pernah ngga? Bangun telat dan tiba-tiba teringat ada PR yang harus dikumpulkan segera tetapi kemudian terselamatkan dengan "contoh" hasil kerjaan temennya temen kita dari kelas lain atau bahkan tahun lalu. Dengan sedikit teknik sederhana, klak-klik sana-sini dan sedikit mengiba untuk numpang ngeprin di kamar sebelah, tanpa mengucap abrakadabra, jadilah PR "atas nama sendiri". Dengan sedikit doa dan keberuntungan, beda dosen, beda kelas, dan beda tahun, niscaya plagiatisme tidak terdeteksi.

Peringatan awal, membaca blog ini memerlukan tenaga ekstra dan waktu lebih. Sebelum melanjutkan, ada baiknya tarik nafas dalam-dalam, bikin kopi dan mi dulu untuk mengantisipasi rasa lapar yang meungkin timbul di tengah prosesi pembacaan blog. (terinspirasi oleh wadehel) Subjudul yang disertakan bertujuan sebagai tempat istirahat, atur nafas, menikmati mi, atau sekedar nyruput kopi.

Instan = Cepat

Sekarang jamannya serba cepat. Berbagai alat bantu dibuat untuk membantu (baca: mempercepat dan mengakuratkan) kerja manusia. Hitung-menghitung misalnya, dengan kalkulator, hitungan perkalian yang rumit dapat dilakukan dalam sekejap mata (asal pas mencet tombol tu kalkulator, mata hanya kedip sekali). Orang purba tentu saja tidak perlu menghitung perkalian puluhan digit yang rumit karena memang mereka tidak memerlukannya, yang penting pas butuh ikan mereka punya buah-buahan yang porsinya sepadan untuk dibarter dengan ikan dari kampung sebelah.

Selain itu, muncullah istilah template yang saking instannya (setahuku) belum ada istilah bahasa Indonesianya. Dengan template, seorang tukang jahitpun bisa menjadi perancang halaman situs yang handal. Merancang halaman muka blog pun tidak perlu belajar (misalnya) Microsoft Frontpage ataupun tag-tag HTML dari buku yang tebelnya minta ampun. Tinggal klak-klik sani-sini, "next" dan "next" lagi, wolaa jadilah halaman muka blog yang cantik. Tentu saja ga boleh marah kalo ada blog lain yang mempunyai desain sama persis, namanya juga batik sablon, tinggal cetak aja.

Jadi orang jahat pun sekarang secara instan bisa diwujudkan. Generator virus contohnya, tinggal unduh aplikasinya, klak-klik sana-sini, "next" dan "next" lagi, mak nyuk, jadilah virus dengan nama dan kemampuan (yang tentunya terbatas sesuai dengan aplikasi generator virusnya) yang kita inginkan. Lumayan merepotkan, tetapi pasti selalu kelah mutakhir dengan antivirus yang sudah ada.

Satu kesimpulan dapat diambil, sesuatu yang instan hasilnya tidaklah maksimal tapi soal kecepatan menang. Bagaikan barat dan timur, kecepatan dan mutu memang saling bertolak belakang.

Adakah yang Lebih Instan?

Menurutku, hal instan yang menurutku paling dapat memuaskan kebutuhanku secara instan adalah mi instan yang dengan pedenya menyebutkan frase instan yang secara tersirat membawa pesan moral: "rasa adalah nomor dua". Bangun kesiangan, belum mandi, belum nyetrika, belum ngerjain PR, dan (siksaan paling dahsyat,) perut lapar.

Mandi bisalah disubtitusikan dengan parfum, nyetrika bisalah diganti dengan "yang penting pede, kusut-kusut dikit ga akan dimarahi dosen, lah kalo lapar? Beli nasi uduk di warung Ceuceu harus ngantri, ngga makan ga bisa konsen (baca: tidur tenang) di kelas, akhirnya mi instanlah solusi instan untuk kebutuhan kandungan glukosa dalam darah. Perbungkusnya lumayan, bisa memenuhi 15% (contoh dari salah satu merek mi instan) Angka Kebutuhan Gizi (untuk diet 2000 kalori) per hari. Tentunya biar ga cepet abis, tenaga yang terbatas harus digunakan dengan hemat, jangan banyak gerak dan mikir di kampus; tidur, selain dapat mencegah perbuatan maksiat juga dapat menambah "kenyang"-time (terinspirasi dari istilah talk time).

Hasil survei (kalo bisa disebut survei yah, soalnya aku terpaksa mengalami kelamnya dunia kos-kosan selama kuliah-makan tidak teratur dan tentunya manajemen keuangan yang menyita bandwidth pikiran), tidak hanya diriku yang beranggapan seperti itu; mi instan ternyata menjadi komoditas unik bagi penduduk sipil kos-kosan. Bahkan ada yang khusus menganggarkan untuk makan mi instan sekian hari sekali atau sekian kali sehari. Dengan begitu, anggaran makan bisa ditekan (tight money policy) dan penghematan yang dihasilkan dapat digunakan untuk hal-hal yang lebih tidak berguna seperti membeli komik, traktir temen, dan nonton bioskop-untuk mempertahankan embel-embel "gaul" (yang fana).

Dengan membeli beberapa merek mi instan, menu yang didapat lebih variatif, hari ini makan soto daging, besok makan soto ayam, besonya lagi makan spageti, sate, dan rasa-rasa virtual lainnya. Apapun mereknya, yang penting mi instan, murah dan (apakah) sehat (?).

Temenku lebih parah, dia beli sekaligus satu dus mi instan untuk persediaan. Karena lingkungan kos-kosan yang tidak higienis dan tidak steril, masuklah semut dan teman-teman seperguruannya merampas harta rakyat. Karena sudah tidak perawan lagi, temenku yang satu ini merasa risih melihat tumpukan minya yang sudah ternoda. Karena sayang dibuang, akhirnya kebijakan ekstrim diambil, "Mi ini harus segera dihabiskan". Dengan semangat empat lima akhirnya dimulailah program "days with me mi". Pagi mi, siang mi, malam mi, oh....me mi again....

Dari hasil wawancara tidak resmi aka ngbrol ngalor-ngidul, salah satu oknum penghuni kos-kosan sempet keceplosan mengeluarkan pernyataan menghebohkan (yang mengilhami blog ini), "Tidak ada yang lebih instan daripada mi instan".

Kuliah In-STAN?

Pengen jadi pegawai negeri secara instan? Kuliah aja in STAN (cuma gaya aja dan tidak bermaksud promosi, padahal ada kuliah instan lainnya).

Tersebutlah sebuah kawah Candradimuka yang mampu mengubah (aka convert) seorang lulusan SMA jurusan IPA yang maniak rumus dan pikiran dipenuhi hal-hal yang eksak menjadi buruh rakyat yang bekerja dalam keadaan ekstrim harus mengubah Hukum Newton dan klasifikasi tumbuhan dengan Undang-undang dan Jenjang hirarki jabatan.

Asal lulus Ujian Saringan Masuk (USM), kuliah tiga tahun bisa dinikmati dengan hanya mengeluarkan uang yang tidak seberapa (hanya untuk kegiatan kemahasiswaan dan wisuda; frase "gratis biaya pendidikan" tidak merefer pada uang makan dan biaya kos) dibandingkan dengan biaya kuliah di universitas negeri dan swasta. Angin segar buat rakyat jelata bukan? Tetapi nyatanya banyak anak pejabat dan warga negara kelas menengah ke atas yang turut andil dalam USM yang diselenggarakan dan fairly (secara administrasi) berhasil lulus. Walaupun bersaing secara sportif tapi kan tidak adil secara finansial (orang kaya kok cari yang gratis). Lagi-lagi penonton rakyat dikecewakan.

Karena sistem penerimaan mahasiswa menggunakan saringan yang ketat, tentu saja mahasiswa yang tersaring pun memiliki kualitas yang tidak dapat diremehkan. Sebut sajalah 90% mahasiswa memiliki prestasi akademik di SMA dulu. Tetapi sayang sekali, mahasiswa-mahasiswa yang pernah kutemui 50%(atau mungkin lebih)-nya masuk yang 10% itu.

Kembali ke instan, setelah perjuangan penuh ketidakjelasan selama tiga tahun, begitu selesai yudisium, bebaslah kita dari segala beban. Benarkah begitu? Oh...tidak, Udah sekolah gratis main kabur aja. Ada yang namanya ikatan dinas (kerja paksa, tapi di bayar kok). Pake rumus lagi; 3n+1, dengan n adalah masa kuliah. Jadi, lulusan diploma III ijazahnya ditahan sepuluh tahun dulu (kacian...).

Yang namanya transkrip nilai pun belum pernah diperlihatkan. Setiap akhir semester hanya ada daftar IP yang ditempel di gedung perpustakaan. Selain itu ada juga daftar tumbal; orang yang tidak bisa mempertahankan prestasi kehadiran minimal 80% atau yang tidak beruntung gagal di salah satu mata kuliah. Sedih juga mengetahui temen kita tiba-tiba tidak kelihatan lagi di semester berikutnya. Lebih sedih lagi tentunya apabila kita mengalaminya sendiri.

Masuklah kita ke dalam kancah pertempuran ada yang masuk blok Depkeu, partai BPK, dan kafilah-kafilah lain di dunia persilatan. Saatnya menjadi investasi rakyat untuk
tentunya memberikan return yang lebih besar (?).

Kesimpulan kedua, instan itu settingnya tidak fleksibel. Contoh lain ada juga. Pernah buka rekening baru di sebuah bank. Sebut saja BNI, ada juga loh ATM instan yang jadinya just in time saat itu juga tapi nama kita tidak tercetak di kartu, kalo ilang ya ilang aja.

Begitulah dunia yang sudah mulai menginstan.... Kalo terlalu instan seru ga sih?

Senin, 05 November 2007

Sok Filosofis

Sesuai blueprint awal, sebenernya blog ini punya tujuan buat nulis (baca: menampung) hal-hal yang aku temui di kehidupan sehari-hari (jadi ingat gaya bahasa soal mata pelajaran PPKN di SD dulu) yang unik (atau dipaksakan unik) beserta pemikiran-pemikiran yang timbul di otak(kanan dan kiri)ku. Sedikit sok jadi pemikir gitu, tapi seringnya ide yang muncul menjadi terlalu khayal dan tidak aplikabel. Maaf aja kalo dalam perkembangannya, blog ini menjadi tidak konsisten, ngelantur, dan menuju ke arah narsisme yang tidak terkontrol.

Kembali ke awal kelahiran titikn0l, nama yang menurutku tidak keren dan norak tersebut muncul karena memang diriku yang mortal ini masih belum punya prestasi apa-apa bagi masyarakat sekitar, nusa, dan bangsa alias masih di posisi awal (nol).

Rancangan nama awal untuk blog ini adalah zer0point, sebuah istilah yang muncul begitu saja di benak. Filosofi yang terkandung di dalamnya tentunya muncul belakangan (ide muncul setelah bahan) Dalam perkembangan selanjutnya, khayalanku (setidaknya tidak 100% hanya memikirkan hal-hal cabul) berhasil menghasilkan logo untuk tema titikn0l yang juga lahir jauh sebelum titikn0l muncul di dunia persilatan.



Desainnya sederhana dengan tema (sok) gotik. Bila diperhatikan (semoga bisa terbaca), huruf "Z-E-R"-nya berbentuk ambigram yang diilhami novel Malaikat dan Iblis karya Dan Brown. Huruf "o" atau "0"-nya dibiarkan tetap bulet karena pikiranku sudah mentok ga bisa ngerubah ZER0 menjadi ambigram, jadilah logo semiambigram yang belum dipatenkan ini.

Dimulai dari coret-coretan ga jelas di kertas, perjuangan berlanjut di jendela Macromedia Freehand MX bajakan (Semoga dimaafkan, karena memakai bajakan tidak untuk komersil). Desain yang sederhana semata-mata karena keterbatasan ilmu ke-"freehand"-anku yang hanya diperoleh secara otodidak (seperti nasib Photoshop CS-ku yang juga bajakan dan otodidak-perpaduan yang menyedihkan). Tool yang powerful menjadi tumpul ditangan seorang amatir sepertiku sehingga hasilnya gitu-gitu aja. Pada akhirnya aku cukup (/harus) puas dengan hasilnya.

Agar lebih manusiawi (baca: hidup), aku tambahin sketsa buatanku sendiri. Dengan jurus kilat, akhirnya lahirlah avatarnya zer0.



Goresan yang kasar menunjukkan gambar ini dibuat secara darurat dengan mode fast yang tentunya menomorduakan kualitas (atau karena emang kemampuanku sudah mentok?)

Scaner kantor sudah cukup untuk mendigitalkannya. Dengan sedikit polesan aplikasi wajib para desainer, Mspaint, revert sama fill color sudah cukup untuk menyesuaikannya dengan tema yang diusung logo yang sudah ada sebelumnya. Tau ga, untuk menggabungkan avatar dan logonya digunakanlah Photoshop. Jadi, diperlukan tiga aplikasi untuk menghasilkan logo tak bermutu ini. Hattrick nih.

Begitulah sedikit sejarah titikn0l dan logonya yang belum resmi. Zer0point (baca: titikn0l) merupakan titik awal untuk menjadi hero. Semoga tidak hanya menjadi visi belaka.

n.b.
Barusan aku lihat iklan salah satu operator telepon seluler di sebuah surat kabar yang slogannya (kurang lebih) "Tong Kosong Berbunyi Nyaring. Hati-hati dengan Janji si-Nol!" Semoga iklan tersebut tidak merefer ke blog ini.

Nambah lagi, warna latar hitam ternyata bisa dihubungkan dengan semangat titikn0l karena kode heksadesimal untuk warna hitam adalah 000000 (nol-nol-nol-nol-nol-nol)(gitu yah?)

Sabtu, 03 November 2007

Berkhayal, Boleh Kan?

Beginilah kalo ga kesampean jadi desainer grafis, bakat yang terpendam disalurkan dalam hal-hal yang tidak berguna.



Kali ini saya mengambil tema Bleach, sebuah serial manga (baca: komik) yang lagi populer di negeri asalnya, Jepang dan negeri kita tercinta, Indonesia. Agar tidak menimbulkan fitnah dan kehebohan di dunia infotainmen, alih-alih menggunakan foto artis, saya menggunakan foto sendiri sekalian untuk menyalurkan hasrat narsis yang bergejolak (maklum anak muda).

Untuk mendramatisir senyum kemenangan dalam pose congkak saya, salah seorang tokoh dari serial Bleach "ditempelkan" untuk menambah kesan "aku memiliki semuanya, kekuatan dan wanita". Kenapa tidak harta-tahta-wanita? Karena di dunia komik harta dan tahta tidak pernah ditonjolkan, yang penting jadi terkuat dan mampu mengalahkan lawan dalam medan pertempuran.

Topeng setengah tengkorak yang dimaksudkan untuk menambah kesan sangar dan sadis (bukan untuk meniru Bang Napi) ternyata tidak sesuai harapan karena kontras dengan wajah "tokoh utama" yang "kurang seperti kriminal". Logo "bleach" ditambahkan agar orang awam menjadi "ngeh" dengan tema yang ditonjolkan.

Nih, gambar masternya.



Mau liat karya gagalku yang lain?, ni aku upload juga gambar yang menjijikan di bawah ini. Intepretasikan sendiri ya. Yang jelas, saya tidak bermaksud menjatuhkan nama baik seseorangpun.



Nih gambar masternya, sayang gambar Agnesnya sudah ilang ga tau ada di mana.



Jika disebar di internet pun, tidak akan ada yang percaya. Yap, ketidakasliannya begitu kentara, tidak perlu repot-repot menghubungi Roy Suryo untuk melihat kejanggalan perbedaan warna kulit (kalo ada yang tau caranya, tolong saya diajari ya). Maklum otodidak, namanya juga baru belajar (ide muncul setelah ada bahan, bukan ide duluan baru bahan). Saya tidak tahu ini termasuk melanggar hukum atau tidak, semoga Agnes Monica tidak perlu repot-repot menuntut.

Kamis, 01 November 2007

Autostereogram



Penasaran dengan gambar di atas?

Sedikit informasi dan cara lihat gambar tersembunyi di dalamnya klik di sini

Gambar-gambar sejenis dapat dengan mudah dicari dengan google dengan kata kunci stereogram atau stereograf atau stereograph.

Coba yang satu ini (dari wikipedia)


Atau yang ini (dari halaman wikipedia yang sama), jika dilihat dengan teknik yang sama, akan terlihat lebih "tiga dimensi"


Pertama kali lihat gambar sejenis bertahun-tahun yang lalu, pada sebuah kalender. Dengan berbekal keterangan singkat mengenai cara melihat di setiap bawah-kiri gambar, saya mencoba melihat gambar tiga dimensi yang tersembunyi dan akhirnya berhasil. Cukup mudah kok.

Konten Lainnya