Penelusuran google

Jumat, 17 Juli 2009

Masa Orientasi Siswa - Orientasinya Ke Mana?

Masa Orientasi Siswa, istilah yang terdengar sangat intelek, adalah sebutan untuk kegiatan di sebuah instansi pendidikan yang bertujuan untuk memandu siswa baru beradaptasi dengan lingkungan sekolah yang baru (tentu saja ini definisi ngawur a la Azhar). Kenyataan di lapangan (emang maen bola apa?) tidak seintelek namanya. Kegiatan yang dilaksanakan terdiri dari sekian persen pengenalan siswa terhadap lingkungan baru dan sekian persen yang jauh lebih besar porsinya kegiatan yang lebih rendah dari "tidak berguna".

Atribut-atribut seni yang warna-warni: rompi karung, papan nama dari kertas karton bertuliskan julukan yang akan menghantui seumur hidup, membawa benda-benda antik (telor, mi instan), kaos kaki beda warna, dan segudang ide kreatif lainnya wajib dipakai adalah pesan implisit dari "kakak senior" kepada "adik yunior", "kamu, yunior, low life, kamu adalah sekedar orang bodoh yang tidak pantas disebut normal, kamu tidak pantas berdiri sejajar dengan kami, karena kalian lahir seabad setelah kami, permalukanlah diri kalian pada dunia untuk menunjukkan bahwa sekolah kalian sama tidak dewasanya dengan kalian, guru-guru kalian membiarkan kalian menjadi olok-olokan, dana kalian tidak akan pernah diterima di sekolah - jika masih bisa disebut demikian - ini"

Berbagai kegiatan "positif" yang membangun kemandirian dan semangat hidup: berjalan kaki membawa batu bata sejauh lima kilometer sampai mati, push up tiap kali berbuat salah (tentu saja "salah" versi "kakak senior"), berpanas-panas untuk mensyukuri kehangatan mentari, dipaksa bertingkah laku seperti robot dengan respon yang terbatas, dan mengerjakan sejuta tugas yang tidak rasional.

Siapa bilang, MOS tidak ada artinya, kami, "kakak senior", berusaha mati-matian membantu "adik yunior" yang kami sayangi agar menjadi seperti kami, dapat bertahan dalam kompetisi dan masuk ke dalam keluarga besar almamater. Kami menjadi dewasa sepereti ini karena dulu juga kami mengalami yang mereka alami.

Apa? Aspek psikologis dari hal-hal yang tidak rasional itu? Tidak perlu aspek psikologis, kami belum menginjak bangku kuliah, belum belajar mata kuliah psikologi. Guru-guru mendukung kami, kok, mereka kan lebih dewasa dan pasti lebih tahu latar belakang dari semua kegiatan yang kami sendiri kurang mengerti reasoning-nya.

Ada yang mati, ya? Kelelahan berjalan jauh ya? Itu, sih kebetulan saja pas sedang ikut MOS. setiap orang kan punya ajal. Kami tidak menuntut mereka mengorbankan hidup mereka kok. Coba tanya pembaca blog ini saja, mereka pasti setuju bahwa kami tidak dapat disalahkan atas kematian seorang anak yang memang sudah lemah fisiknya.

Pembaca sekalian langsung naik pitam, berdiri, meninju layar monitor, dan mencabut kabel power.

1 komentar:

  1. kadang-kadang yuniornya senang2 saja tuh disuruh begituan..

    BalasHapus

Tulislah apa yang ingin ditulis dan dan klik "Poskan Komentar" bila Anda sudah siap.

Konten Lainnya