Penelusuran google

Jumat, 17 Juli 2009

Megapolitan ke Megalitikum

Sial, mati lampu lagi.

Di Jambi, dan aku yakin di sebagian besar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, mati lampu bukan lagi hal yang jarang. Di zaman internet sudah jadi makanan pokok, mati lampu masih sering terjadi padahal hanya segelintir orang yang terlambat bayar listrik. Itupun kena denda dan stelah sekian lama tidak melunasi tunggakan dikenakan pemutusan hubungan listrik. Kayak pacaran saja, ada putusnya, nyambungnya setelah ada cinta (uang untuk bayar tagihan dan denda) lagi.

Terus kalo mati listrik terus siapa yang disalahkan? Jawabannya berbeda-beda tergantung persepsi orang.

Menurut orang kebanyakan, PLN-lah pelakunya karena tidak berusaha meningkatkan daya listrik yang didistribusikan sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan listrik masyarakat.

Menurut PLN adalah pemerintah yang kurang memberi subsidi sehingga harga listrik terpaksa ditekan, keuntungan semakin menurun dan malah rugi terus.

Menurut pemerintah adalah PLN, masyarakat yang tidak mematuhi gerakan 17-22 yaitu menghemat listrik antara pukul 17.00 sampai pukul 22.00, serta industri yang secara ilegal menggunakan listrik bersubsidi.

Menurut produsen barang elektronik adalah pesaing-pesaing mereka yang tidak mampu membuat produk yang lebih hemat energi.

Menurut produsen barang elektronik lainnya adalah para ilmuwan yang lambat dalam menemukan energi alternatif, produsen-produsen ini tentu saja berniat menghemat biaya penelitian.

Menurut para ilmuwan, para penyandang dana yang pelit dalam memberi dana penelitian.

Menurut saya adalah saya sendiri yang memilih hidup untuk tergantung pada listrik.

Kali ini bukannya saya takut mati karena kehabisan pasokan listrik tapi rencana yang sudah disusun untuk hari ini tidak mempertimbangkan mati lampu.

Gara-gara mati lampu kerjaan jadi terhambat, jadwalpun jadi terhambat, energi serta ketidaknyamanan untuk menyusun rencana hari ini jadi sia-sia, semakin tidak nyaman saja.

Pekerjaan saya tidak begitu penting, tidak menentukan hajat hidup orang banyak, dan tidak berpengaruh pada kelangsungan hidup alam semesta. Sangat sederhana, laporan yang telah disimpan dalam bentuk file berekstensi pdf dibandingkan dengan laporan yang dicetak alias hard copy-nya untuk memastikan bahwa laporan yang diunggah ke situs sama dengan laporan yang dicetak.

Haus akan energi listrik, saya mengembara ke seluruh kantor mencari sejumput energi yang tersimpan di-UPS-UPS. Uninteruptable Power Supply, nama yang berlebihan untuk alat yang hanya sekedar memberi sedikit waktu bagi anda untuk menyimpan pekerjaan dan mematikan komputer ketika mati lampu.

Lumayan untuk sekadar menyambung hidup Si Laptop. Pekerjaan yang ringanpun dapat diselesaikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tulislah apa yang ingin ditulis dan dan klik "Poskan Komentar" bila Anda sudah siap.

Konten Lainnya