Penelusuran google

Rabu, 20 Januari 2010

Bukan Saya

Iseng saja nyari "titikn0l" di om gugel, eh ketemu ini orang punya akun frenster
ngeBENnya yang semangat ya.....

Kepala Daerah, Pengabdian atau Investasi

Dulu, pemerintahan daerah di bawah kekuasaan pemerintah pusat melalui Departemen Dalam Negeri. Dengan sistem pemerintahan terpusat diharapkan program pembangunan dapat terlaksana secara merata untuk semua daerah, koordinasipun dapat dilakukan dengan mudah. Namun, dengan banyaknya daerah yang luasnya tidak terkira dan jarak dari ibu kota yang bervariasi yang harus diurus, pembangunan terkesan hanya untuk daerah yang dekat dengan ibu kota. Besarnya kekuasaan yang diberikan kepada pemerintah pusat juga membuka peluang penyalahgunaan wewenang, diantaranya adalah monopoli anggaran untuk mengarahkan kebijakan setempat untuk kepentingan pihak tertentu.

Entah siapa duluan yang punya ide, munculah otonomi daerah. Kekuasaan pemerintahan dilimpahkan ke masing-masing daerah. Pusat hanya menangani masalah global seperti pertahanan negara, ideologi, dan urusan luar negeri, selebihnya hanya bersifat koordinatif untuk menyingkronkan pembangunan daerah dengan rencana jangka panjang nasional.

Otonomi daerah ternyata menimbulkan masalah baru: infrastruktur, regulasi, serta SDM yang belum siap. Regulasi adalah kendala yang paling besar. Dengan pengalihan kekuasaan, tentu hampir semua hal harus diatur dengan peraturan setempat. Untungnya Pemerintah Pusat masih berbaik hati memberikan rambu-rambu sebagai panduan umum dalam mengelola daerah. Salah satunya adalah mengenai keuangan di mana Depdagri menerbitkan peraturan yang mengatur perencanaan, pelaksanaan, serta pelaporan keuangan daerah. Tentu saja peraturan ini hanya bersifat umum, perlu peraturan daerah yang lebih teknis dan lebih membumi. Kenyataannya, banyak hal yang belum diatur lebih lanjut dengan peraturan setempat. Bahkan, acuan umum dari Depdagripun belum dapat diterapkan secara penuh oleh daerah.

Tanpa peraturan yang bersifat lebih teknis, banyak celah yang dapat dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu untuk kepentingan pribadi. Entah SDM yang kurang memadai untuk membuat peraturan yang diperlukan atau moral yang kurang dengan membiarkan celah yang ada untuk mengeruk kekayaan?

Senin, 18 Januari 2010

Turis Jambi, Faina Tadzhabuun

Taman Alam Citra Indah Jambi

Hari ini saya berkesempatan mengunjungi sebuah objek wisata di Kabupaten Muaro Jambi yaitu Taman Alam Citra Indah atau singkatnya Taman ACI.

Dengan kondisi alam Kota Jambi yang masih banyak pohon dan semak belukar, lokasi Taman ACI relatif jauh dari kota, tepatnya saya kurang tahu nama desa dan kecamatannya. Dari tempat tinggal saya di Simpang Kawat, perjalanan yang ditempuh memakan waktu sekitar empat puluh lima menit. Menurut saya pengorbanannya tidak sebanding dengan pemandangan yang biasa-biasa saja, cekedot these pics:

Sampai di lokasi kita akan berhadapan dengan tanah luas yang dipagari besi seng usang. Tidak tampak seorangpun yang menempati gardu tempat loket karcis masuk. Baru setelah melewati pintu gerbang ada orang yang bertugas menarik uang dari para pengunjung. Walaupun hari ini hari Minggu, pengunjung yang datang relatif sangat sedikit. Mungkin karena sedikitnya pengunjung itu pihak pengelola harus menghemat operasional termasuk penjaga beberapa wahana seperti arena gokart dan komedi putar.

Sebenarnya bukan gokart, melainkan sebuah arena balap atau mungkin arena latihan mengemudi dengan mobil mirip kendaraan di lapangan golf tetapi lebih kecil yang disewakan. Dari pengamatan saya terhadap satu-dua pengunjung atau entah petugas penjaganya yang secara kreatif mempromosikan wahana itu, kayaknya "gokart"ini cukup seru. Trek yang disediakan dilengkapi dengan ban-ban yang ditumpuk di sisi kanan-kiri jalan bak arena balap sungguhan. Kecepatan si mobil mini juga cukup cepat. Sayang, saya belum sempat mecobanya, mungkin lain kali.

Komedi putar yang ada tidak terlalu bagus tetapi, tipikal taman hiburan kampung lah. Pada hari ini tampak tidak beroperasi, beberapa pengunjung dengan bebas menaikinya, tentu saja hanya duduk-duduk saja karena tidak ada yang mengoperasikan mesin diesel pemutarnya.

Kondisi lingkungan cukup terawat, rumput-rumput tertata cukup rapi, dan bebas sampah. Entah karena perawatan yang memadai atau sedikitnya pengunjung sebagai sumber sampah utama. Cocok untuk arena rekreasi keluarga atau tempat pacaran.



Di bagian belakang ada danau dengan sebuah bangunan di tengahnya. Cukup bagus untuk tempat nongkrong. Ada pula "perahu bebek" yang disewakan Rp15.000 tetapi saya tidak tahu itu untuk berapa menit atau berapa kali putaran. Saya hanya naik dua putaran, sekedar untuk mencoba.




Ada pula kolam pemancingan yang disediakan bagi penggemar memancing ikan. Berhubung saya bukan termasuk pencinta olah raga memancing, saya cukup melihat dari jauh saja.

Taman Rimba

Masih seputar jalan-jalan di Jambi, beberapa waktu yang lalu saya juga main ke kebun binatang Kota Jambi yaitu Taman Rimba (baca: Taman Rimbo). Kebun binatang ini lokasinya di Kecamatan Pasir Putih Kota Jambi, sekitar satu kilo meter dari bandara Sultan Thaha.

Tiket masuk Rp5.000 untuk satu motor dan dua orang. Entah berapa bayarnya bila datang jalan kaki, mungkin gratis kali ya. Setelah bayar, petugas tidak memberikan tiket, saya juga lupa minta. Ini berarti jelas-jelas uang yang saya bayarkan tidak masuk ke Kas Daerah melainkan masuk ke kantong dewek.

Selain kebun yang isinya binatang (namanya juga kebun binatang), ada juga anjungan-anjungan (begitulah mereka menyebutnya) dari kabupaten-kabupaten di wilayah provinsi Jambi. Anjungan yang saya maksud yaitu seperti di TMII ada rumah adat masing-masing daerah. Saya kali ini mejeng di anjungan Kabupaten Kerinci



Setelah puas berpose, tibalah saatnya melihat-lihat koleksi satwa yang ada. Binatang malang yang berhasil mereka penjarakan di antaranya: landak, ular, beruang madu, kasuari, monyet, elang, bangau, kijang, gajah, buaya, dan harimau. Kandang mereka tampak kotor tidak terawat. Khusus harimau adalah satwa baru menggantikan narimau yang beberapa waktu lalu dibunuh pencuri untuk diambil kulitnya.




Bagi kawan-kawan entah kapan berkesempatan main ke Jambi, tak ada salahnya mengunjungi taman ACI atau Taman Rimba ini....oke.

Jumat, 15 Januari 2010

Sality, Sengsara Membawa Kualat

Serasa aneh melihat dasbor ini, hampir seabad rasanya terakhir ngepos di blogspot (emang mau ngepos di mane lagi bang....)

Jemari terasa kaku mengetik, otak serasa seret inspirasi, perut terasa sakit (kalo ini memang salah satu kebutuhan biologis). Tidak seperti dulu, kepala terasa penuh ide-ide, seakan akan meledakkan setiap sel otakku kalau tidak dituangkan ke dalam tulisan. Padahal pas diketik jadinya cuma seuprit, seonggok paragraf ga jelas juga. Sekarang penyakit gerhana otak menyerang, membawa kegelapan bagi para penghuninya, ide dan inspirasi menjauh bagaikan para investor dan penyanyi luar negeri melihat negeri kita (kecuali cina, yang semakin gencar buang sampah. Sampah yang masih laku dijual di tempat kita). Tidak hanya usus yang bisa buntu, otakpun ikut-ikutan macet.

Entah kenapa, semenjak entah beberapa milenium yang lalu, gaya gravitasi otakku mulai memudar, membuat kata-kata, kalimat-kalimat, paragraf-paragraf, cerita-cerita (menurut saya postingan saya itu cerita, entah menurut kalian), mengambang tidak ke mana-mana.

Cukuplah, curhatnya, kalau ada kawan yang tahu obatnya, bolehlah saya dibantu, oke....

Baiklah, sekarang curhat yang lain.

Beberapa hari yang lalu saya terkena kemalangan saudara-saudara.

Ada baiknya saya flash back ke sekitar setahun yang lalu yaitu saat saya beli leptop lemot saya. Leptop kelas "value" yang cocok dikantong cekak saya, buatan kawan sendiri pula (katanya), jadi saya sudah menjalankan amanat salah satu direktur utama produsen produk dalam negeri, "cintailah plodhuk-plodhuk indhonesia"

Mengingat, menimbang, melihat kemampuan leptop saya yang pas-pasan, kerja yang dibebankan ke otak Atomnya pun tidak boleh terlalu berat. Tampilan saya seting gaya minimalis, "best performance" katanya, maksudnya ngirit banyak efek-efek tampilan elegan windows XP biar larinya sedikit kencang.

Instalasi aplikasipun harus selektif karena terlalu banyak program berarti bagaikan gerobak yang banyak penumpangnya, semakin berat dan lambat.

Kurang nekat, saya tidak menginstal antivirus apapun.... Tindakan bunuh diri di medan pertempuran maya saat ini. Di saat flash disk bervirus jadi tren, sayapun mau tidak mau harus hidup dengan virus.

Sebagai pengganti explorer yang berat dan rentan virus yang membonceng autorun.inf, saya menggunakan Windows Commander (versi djadoel dari Total Commander).

Setelah lama kucing-kucingan dengan virus, akhirnya masuk ke lubang juga. Sekali salah klik virus yang saya kira folder, seketika itu juga secara resmi laptop saya jadi laptop berpenyakit. Dengan program pengusir virus, para tamu tak diundang yang masuk terus beranak-pinak di rumah orang itu saya usir dari daratan hardisk. Gajah mati meninggalkan gadingnya, harimau mati meninggalkan belangnya, virus pergi meninggalkan jejak di registry. Firewall kebanggaan windows jadi lumpuh, jadilah leptop saya wanita bugil di sarang penyabun, jadi sasaran empuk para pesakitan. Resmilah leptop saya jadi karier virus.

Tibalah saat itu entah kapan si Sality masuk menyatroni bumi serpong damai ini menjadi serambi neraka. Bukannya menggandakan diri dengan nama folder yang ditumpangi atau menyembunyikan file .doc dan membuat tiruannya yang menyesatkan, sality ini menyerang file .exe.

Alhasil dengan antivirus gratisan, ribuan .exe yang terinfeksi terdeteksi oleh exorcist yang mau dipekerjakan dengan cuma-cuma ini. Dengan sekali klik, alih-alih disembuhkan file-file yang berpenyakit itu di hapus dari hardisk. Resmilah leptop saya jadi leptop karier virus, cacat, dan hina. Mau gimana lagi, seperti korban-korban jigsaw lainnya, untuk dapat hidup harus mengorbankan salah satu tubuhnya dipotong atau terpotong. Cacat asal hidup, dengan merasakan dekatnya kematian kita akan lebih mensyukuri kehidupan.

Konten Lainnya